Langsung ke konten utama

Studi Kasus 1 - Rekayasa Kebutuhan (D)

STUDI KASUS 1 : APLIKASI PARKIR NON TUNAI



Pada studi kasus ini kita diminta untuk menjawab beberapa pertanyaan yang sudah disampaikan ketika kelas. Pertanyaan tersebut dimulai dari deskripsi dari aplikasi parkir non tunai itu sendiri, Identifikasi User dan Stakeholder, Kebutuhan hingga Aspek Pendukung bagi Aplikasi itu sendiri. 

DESKRIPSI APLIKASI PARKIR NON TUNAI 

Perkembangan teknologi sangat memengaruhi pada semua aspek yang ada pada dunia ini. Salah satunya pada bidang layanan transportasi yaitu pada bidang perparkiran. Perkembangan tersebut dapat dilihat dari mulainya parkiran yang menerapakan sistem cashless atau sistem pembayaran yang memakai tanpa uang tunai dan mengacu pada pembayaran yang berbentuk digital. Hal tersebut juga berjalan beriringan dengan meningkatnya kasus COVID-19 yang mengharuskan interaksi langsung dengan orang lain haruslah dikurangi. Maka, muncullah sebuah aplikasi yang menggunakan penerapan otomasi untuk proses bisnis sebagai implementasi dari Internet of Thing (IoT). Aplikasi tersebut akan sangat bermanfaat bagi kebanyakan orang pada zaman sekarang yang membatasi kontak langsung dengan orang lain. Selain itu, aplikasi ini juga memberikan kemudahan membayar dengan cepat melalui digitalisasi seperti m-banking, e-wallet, dsb dari mana saja dan kapan saja. 

Sistem aplikasi ini sangat mudah ditemukan dan sangat mudah diterapkan pada manapun, seperti mall, perkantoran, hingga perkuliahan. Hal ini juga dikarenakan proses bisnis yang diterapkan pada sistem ini sangatlah mudah dimengerti pada semua orang. Proses bisnis ini dimulai ketika seorang pelanggan memasuki gate pada lahan parkir. Ketika sudah berada di dekat pada gate tersebut, gate akan menunggu menerima input dari pengguna seperti menekan tombol tiket. Setelah itu, gate akan mengeluarkan sebuah tiket parkir dan mencatat rekam informasi dari kendaraan seperti plat nomor dan waktu kedatangan. Selain itu juga, sistem akan mencetak dan menyiapkan QR Code yang tertera pada tiket parkir tersebut. Kemudian setelah pengguna menerima tiket parkir yang sudah dikeluarkan oleh sistem yang merupakan sebuah output dari sistem itu bekerja. 

Selain itu, proses bisnis pada sistem ini juga akan bekerja ketika pengguna sampai pada pintu keluar, pelanggan tersebut haruslah melakukan scan terhadap tiket yang sudah diterima ketika pelanggan memasuki area lahan parkiran. Kemudian, diberikan beberapa metode yang berikan salah satunya yaitu menggunakan kartu yang berbasis NFC (Flazz, Mandiri-wallet, Brizzi) atau biasa dikenal dengan sebutan kartu e-toll. Selanjutnya, sistem akan secara otomatis memproses pembayaran dan melakukan pendataan terhadap semua transaksi yang terjadi. Sehingga, gate akan terbuka dan pelanggan dapat keluar dari area parkir. 

IDENTIFIKASI USER DAN STAKEHOLDER 

Tentunya memerlukan semua pihak untuk dapat meproses bisnis sistem atau aplikasi parkir non tunai ini. Berikut adalah pihak-pihak yang terlibat dalam proses bisnis : 

  • User 
    • Pelanggan 
    • Pegawai 
    • Admin
  • Stakeholder 
    • Pengelola atau Pemilik Lahan Parkir 
    • Petugas Parkir

KEBUTUHAN MASING-MASING USER DAN STAKEHOLDER


Kebutuhan masing-masing dapat dideskripsikan sebagai berikut: 
  • Pegawai (Admin)
    • Membuat Laporan Kas untuk diserahkan ke pengelola.
    • Keamanan dari Covid-19.
    • Mengelola lahan parkir.
    • Pembuatan laporan kas dan catatan pemasukan untuk dilaporkan kepada pengelola.,
  • Pengelola/Pemilik Lahan Parkir
    • Mendapatkan Laporan Kas atau pemasukan per bulan.
    • Sistem yang selalu dipelihara dan selalu siap digunakan.
    • Mendapatkan feedback yang baik dari pelanggan
  • Pelanggan Lahan Parkir
    • Metode pembayaran yang paling nyaman dan cepat bagi user.
    • Kemudahan akses masuk keluar lahan parkir.
    • Aman dari Covid-19 (Tidak banyak kontak dengan orang lain).
    • Keamanan kendaraan.
    • Area Parkir yang bersih dan tentram. 

ASPEK YANG MENDUKUNG APLIKASI 

  • Jaringan internet yang memadai
  • Listrik yang memadai
  • Kamera ataupun sensor untuk merekam data plat nomor kendaraan
  • Kamera CCTV untuk memantau dan merekam segala aktivitas di lahan parkir 
  • Lahan parkir kendaraan yang aman, bersih, dan luas
  • Kertas yang harus terus tersedia di dalam mesin karcis
  • Memiliki sistem yang terpusat sehingga lebih mudah untuk melakukan pencarian apabila ada kehilangan
  • Scanner QR Code untuk meng-scan karcis pembayaran
  • Scanner untuk pembayaran E-Money 
  • Koneksi database yang baik untuk merekam informasi data kendaraan yang keluar masuk dari lahan parkir
  • Gate atau palang pintu untuk keluar masuk kendaraan

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Studi Kasus 6 - Rekayasa Kebutuhan (D)

STUDI KASUS 6 RK D : BRD AIRBNB BUSINESS REQUIREMENT DOCUMENT (BRD)  DOCUMENT  Dokumen ini dibuat merupakan untuk memenuhi tugas Rekayasa Kebutuhan D yang dibuat oleh:  Julietta Anastasia Robiah Br Panjaitan (05111940000033) Rayhan Daffa Alhafish (05111940000227)  

Studi Kasus 4 - Elisitasi Kebutuhan (D)

  STUDI KASUS 4 : ELISITASI KEBUTUHAN.  MENTA merupakan sebuah aplikasi berbasis web yang bertujuan untuk  memberikan pelayanan dalam hal Kesehatan mental berupa konseling online.  Selain konseling online, aplikasi ini juga dapat membantu dengan menyuguhkan  artikel dan bacaan yang berhubungan dengan Kesehatan mental dan atau  penyembuhannya. Hal tersebut akan sangat membantu proses perawatan dan  penyembuhan gangguan mental lebih mudah untuk digapai semua masyarakat.  Pihak-pihak yang terlibat dalam aplikasi ini adalah terapis (psikolog), dan  pasien. Terapis dan pasien dapat bergabung dengan cara melakukan registrasi  secara online pada system. Sistem ini dibuat sebagai dukunhan terhadap penderita  Kesehatan mental maupun masyarakat awam untuk bisa mengambil Tindakan yang  preventif dan represif.  ABOUT ELISITASI KEBUTUHAN  Elisitasi kebutuhan adalah sekumpulan aktivitas yang ditujukan untuk menemukan kebutuhan suat...

Studi Kasus 5 - Business Requirement Airbnb (D)

  STUDI KASUS 5 : BUSINESS REQUIREMENT AIRBNB Airbnb merupakan bisnis yang mengusung konsep   sharing economy , yang menggunakan properti sebagai sarana. Bisa dibilang, konsep Airbnb tak jauh beda dengan Gojek. Bedanya, jikalau Gojek menggunakan kendaraan, Airbnb menggunakan properti yang bisa berbentuk ruang tamu, kamar, tempat kost, dan lain-lain, yang bisa disewa. Tidak hanya itu, bentuk bisnisnya juga tak jauh beda dengan aplikasi Gpjek, Grab, dan lain hal sebagainya. Umpama kita punya rumah kosong, dan ingin bergabung dengan bisnis Airbnb, kita bisa mendaftarkan rumah tersebut pada Airbnb. Setelah disetujui, sistem Airbnb akan menawarkan rumah kita pada orang-orang yang mungkin ingin menginap. Jika ada orang yang menginap di rumah yang kita sediakan, kita mendapatkan bayaran (ongkos sewa). Selanjutnya, jika Uber, Grab, maupun Go-Jek mendisrupsi sistem transportasi konvensional, Airbnb mendisrupsi sistem akomodasi yang ditopang oleh hotel atau penginapan konvensional....